Senin, 23 Agustus 2010

Senyum

Hikmah Oleh : Bahron Anshori 
kutipan dari Harian Republika

SENYUM

"Kamu tidak akan pernah bisa menarik simpati orang lain dengan harta benda yang kamu miliki, tetapi kamu bisa menarik simpati orang lain dengan wajah ceria (senyum) dan dengan akhlaq yang baik." 
(HR. Abu Yu'la dan Al-Baihaqi).


Setiap orang mempunyai bibir. Akan tetapi, tidak setiap orang bisa dan biasa untuk tersenyum. Senyum memiliki dampak yang beragam. Coba bayangkan jika kita melihat teman yang biasa tersenyum, tetapi kemudian senyum itu tak tampak lagi dibibirnya. Tentu kita akan bertanya-tanya ada apa.
Sementara dengan senyuman, akan membuat orang merasa senang, aman, tentram, nyaman, dan damai. Senyum memang begitu dasyat.
Ada yang karena senyum, orang menjadi teriris hatinya. Inilah yang disebut dengan senyuman sinis. Adapula senyuman yang membuat orang yang melihatnya menjadi mabuk kepayang hingga terjerumus ke lembah maksiat. Inilah senyum menggoda yang ditebar pada lelalaki dan wanita penggoda. Senyum sejenis ini tentu akan membawa bencana karena bisa menyebabkan orang melanggar lalarangan Allah SWT. Ada Senyum yang membuat hati kita bergetar melihatnya. Itulah senyum ketabahan dari seorang hjamba yang ikhlas menerima ujian Allah SWT. Ada lagi senyum ketegaran. Inilah senyuman dari orang yang tegar dalam menerima ujian, baik itu berupa bencana alam maupun kepahitan hidup. selain itu, ada juga senyum penuh dengan ketulusan. Senyum ini membuat orang yang melihatnya ikut berbahagia. 
Diantara manfaat senyum adalah menambah daya tarik. Orang yang murah senyum kepada sesama akan mendapatkan pahala dari Allah SWT. Sebab, senyum yang berangkat dari ketulusan hati merupakan sedekah. "Senyummu terhadap saudaramu adalah kebajikan." (HR. At-Tirmidzi).
Begitulah dasyatnya dampak dari sebuah senyuman yang mempunyai banyak arti. Sampai-sampai Rosulullah SAW. menegaskan hal tersebut dalam haditsnya.
Pernah suatu ketika Rosulullah SAW terlihat berwajah masam ketika seorang pemuda lewat di hadapannya dengan rambut yang acak-acakan. Karena merasa diperhatikan, pemuda itu bertanya-tanya di dalam hati. Apakah gerangan yang membuat Rosulullah SAW bermuka masam padanya? Ternyata, rambutnya yang acak-acakan itulah yang menjadi penyebabnya.
Ketika pemuda itu lewat kembali di depan Rosulullah SAW dengan penampilan lebih menarik, maka Rosulullah SAW mengembangkan senyumnya. Itulah senyum Rosulullah SAW kepada umatnya. Lalu, sudahkah kita menjadikan senyum sebagai modal utama dalam mendakwahkan Islam di muka bumi ini?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar